Selasa, 18 September 2012

Sejarah Singkat

  • PROFILE »Paroki Curahjati merupakan bagian dari gereja partikular, yakni Keuskupan Malang. Berdiri sejak tahun 1956 dengan nama stasi induk ”Ratu Para Rasul – Curahjati dengan wilayah pastoral yang meliputi 9 kecamatan, yakni: Purwoharjo, Pesanggerahan, Silir Agung, Bangorejo, Tegalsari, tegaldimo,muncar, cluring dan srono. Paroki curahjati merupakan pemekaran dari paroki Santo Yusuf Jember.
  • Rabu, 12 September 2012

    SURGA MILIK ORANG MISKIN???

    “Kadang kala menjengkelkan juga baca kitab suci ini”, keluh seorang bapak. “Sudah dibela-belain ikut misa pagi-pagi benar, ditengah kesibukan kantor, ehh,, tiba tiba injilnya malah bilang :”Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah”. Trus saya yang kaya ini dapat apa, klo surga dah menjadi milik orang miskin???”

    Okelah, saya dengar lagi ajah lanjutan injilnya, barangkali ada kata yang meneguhkan hati. Waduh, sialan! Malah kata celaka yang ada: “Celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu.”  Kayaknya tidak ada artinya ikut misa. Yang dapat malah kekesalan, bukannya kekuatan atau peneguhan dari sabda Tuhan.”



    Jangan bingung jika Anda termasuk orang kaya. Sebab ada banyak orang kaya yang punya hati seperti orang miskin. Sebab ditengah kecukupannya, ia bersandar sepenuhnya pada Tuhan. Orang kaya yang berjiwa miskin adalah mereka yang sadar bahwa apa yang mereka punyai berasal dari Tuhan, dan bukan jaminan kebahagiaan.

    Jangan bangga jika anda termasuk orang miskin. Sebab, ada banyak orang miskin yang berjiwa kaya. Mereka adalah orang, yang ditengah kekurangan, kemiskinan dan kesusahannya, tidak menerima keadaanya sebagai kehendak Tuhan. Ia yang susah tapi tidak mau bersandar pada Tuhan. Ada banyak orang yang melarat, justru jarang berdoa dan enggan ke Gereja.

    Banyak orang miskin, yang sudah hidupnya, dan penuh penderitaan; tapi tak sekalipun menyerahkannya pada Tuhan. Sementara itu, ada banyak orang kaya, yang hidup suci dan penuh kasih karena menjadikan kekayaan sebaga wujud cinta kasih.

    Orang miskin sesungguhnya adalah orang yang banyak memberi; sehingga mereka hanya memiliki surga. Berbahagialah orang yang demikian itu. Orang kaya adalah orang yang enggan untuk memberi; sehingga mereka merasa tak perlu memiliki surga. Celakalah orang yang demikian ini.


    Rabu, 05 September 2012

    Kegagalan seorang Penjala



    Wah kadang kala ini memang sulit dimengerti. Sebab ada orang yang siang malam bekerja keras, berjuang mati-matian, tapi tetap saja hidupnya begitu. Ada orang yang belajar keras, membuat catatan, ringkasan, dan menghafal siang malam, tetap saja ga nangkap apa-apa.  Dan rupanya dalam cerita injil juga hal itu terjadi. Simon menjawab, “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena perkataan-Mu itu, aku akan menebarkan jala juga.” Mereka sudah sepanjang malam bekerja tapi tidak mendapat ikan.

    Namun, dari cerita injil Luk 5:1-11), kita bisa tahu, bahwa ada banyak orang bekerja, berusaha tapi tidak ketempat yang dalam. Artinya, mereka berusaha mengandalkan diri mereka sendiri tanpa pernah melibatkan Tuhan. Selain itu kurang mendengar apa yang dikatakan Yesus. Sebab dari cerita injil ketika Simon melakukan apa yang diperintahkan Yesus,  mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. 

    Jangan pernah putus asa! Sebab satu saat, Yesus akan datang ditengah kegagagalan kita. Simon juga tak pernah menyangkan bahwa mereka akan menangkap ikan sebanyak itu. Demikian kita, kalau terus beriman, Yesus akan datang ditengah kegagalan kita, dan Ia akan bersabda untuk membuat kegagalan menjadi keberhasilan. Kadang kala, kita membutuhkan kegagalan, untuk mengaharapkan batuan dari Tuhan sendiri. Sehingga kegagalan adalah kesempatan untuk membiarkan Tuhan berkarya.

    Yesus Ditolak di Nasaret

    Menerima apa yang menyenangkan memang jauh lebih mudah. Tidak peduli apa dan siapa itu. Kalau ada teman yang menyenangkan, ia akan dengan mudah kita terima, sekalipun bukan dari golongan kita, tapi kalau aa yang tidak menyenangkan, akan segera kita hindari, sekalipun itu keluarga kita sendiri. Sialan! Itulah teka-teki kehidupan, dinilai dari senang dan tidak senang.

    Demikian halnya dengan Yesus yang ditolak dinasaret.  Luk 4:16 Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. “ Sebelumnya yesudah datang berkali-kali, tapi belum ditolak, tapi ketika ia berkata: Luk 4:18 "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku Luk 4:19 untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." Orang mulai menolaknya.  Sebab kata-kata itu menyinggung mereka. Hari itu yesus benar-benar menyebalkan bagi mereka, karena itu mereka berusaha untu menolaknya.

    Sayang seribu sayang, kalau orang beriman menilai sesuatu dari menyenangkan dan tidak menyenangkan. Sebab Yesus tidak selalu datang dengan cara yang menyenangkan, bahkan ia bisa datang dengan teguran yang keras, cemoohan, tamparan bahkan dalam pengalaman buruk dan sial. Kalau kita mengukur sesuatu dari senang dan tidak, jangan harap bisa mengalami berkati yang lebih melimpah.

    Rabu, 29 Agustus 2012

    Renungan Mrk 6:30-34




    Para saudara yang terkasih dalam Yesus, melalui bacaan injil hari ini saya mau mengajak kita merefleksikan 2 hal.
    Pertama; Manusia kembali ke sumber. “Segala sesuatu akan kembali ke sumbernya, dan sumber itu kita sebut keheningan” (Lao Zi). Injil yang barusan kita dengar adalah lanjutan dari kisah perutusan para murid. Rupanya perutusan itu berhasil. Sebab pada ayat terakhir kisah perutusan dua belas murid dikatakan: “Mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka” (ay.13).
                Sepulang dari perutusan itu, “Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan.” Dapat kita bayangkan betapa bangganya mereka menceritakannya semua itu pada Yesus. Namun, ketika mereka sedang berkobar-kobar menceritakan semuanya, Yesus menjawab: “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!" Keberhasillan pelayanan, keberhasilan kerja dan usaha manusia rupanya harus bermuara pada keheningan, pada kesunyian. Yesus tidak mengatakan, “Lanjutkan karyamu!”  atau “Mari kita rayakan keberhasilanmu!” Tapi Ia mengatakan “Marilah pergi ketempat yang sunyi!”
    Sunyi bukan hanya tempatnya, tapi Yesus mengatakan “supaya kita sendirian di sana”. Kesendirian itulah yang membawa kita bertemu Sang sumber. Sebab kita tahu, dalam keheningan dan kesendirian, Musa menerima hukum, Maria menerima kabar, Yesus berdoa, Elia merasakan kehadiran Allah, Petrus melihat kemuliaan Yesus dll. Keheningan itu indentik dengan perjumpaan dengan yang Ilahi.
    Kedua; buah keheningan. Setelah Yesus mengajak para murid untuk memasuki kesendirian, banyak orang datang. “Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala.” (ay.34). Memasuki keheningan, kesunyian, kesedirian akan menggerakkan belaskasih pada orang lain.  Dalam dunia sekarang, kalau kita menyaksikan sekitar kita namun belum keluar rasa belas kasih kepada orang lain itulah pertanda kita belum larut dalam kehening dan kesendirian. 
    Untuk jaman kita sekarang ini, untuk realitas pengalaman kita, kesulitan yang kita hadapi, apakah lari ke tempat sunyi menjadi pilihan yang baik? Ataukah  melihat realitas itu kita hendak menggarami dunia dan hendak mengubah dunia dan selalu terlibat didalamnya?
    Nikolas dari Prancis berkata demikian (VII) ;”Dalam pelarianku terhadap kegelisahan dunia, dalam kesulitan dan kemudahan dunia, aku tidak tinggal di tengah keindahan kota dan taman, juga tidak lari kepada sahabat dan keluargaku, tetapi aku lari ke padang gurun dalam keheningan”. Mari kita ingat untuk selalu kembali ke sumber, yaitu keheningan.

    MATA YANG TERTUTUP BALOK!

    www.imankatolik.or.id
    Warna apa yang kamu lihat ada pada gambar ini? Jawablah dengan jujur! Kalau kita menjawab dengan jujur, maka banyak orang langsung menjawab, "ada warna hitam dan merah". Ngeri bukan? Padahal ada warna putih yang lebih banyak tidak kita lihat. Kita tidak sedang buta warna bukan?Apa yang mengahalangi mata kita?

    Tapi itulah gambaran  diri kita. Sering kali mata kita langsung menangkap dan melihat noda dalam diri orang lain, kesalahan pada diri orang lain, meski kesalahan itu lebih kecil daripada kebaikan. Padahal ada kesucian, ketulusan, kebaikan yang banyak diperbuat orang, namun sering kurang kita perhatikan. Sebab sepeti gambar ini, jarang orang menyebut"warna putih" padahal warna putih jauh lebih dominan.

    Maka kita diingatkan:”Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.” Ada balok dimata kita sehingga kita tidak melihat gambar ini dengan jernih, tidak melihat bahwa ada warna putih disana.. Ubah cara pendang, perbaiki diri, maka kita akan melihat bahwa orang lain jauh lebih baik, lebih suci dari pada kita.