Rabu, 29 Agustus 2012

Renungan Mrk 6:30-34




Para saudara yang terkasih dalam Yesus, melalui bacaan injil hari ini saya mau mengajak kita merefleksikan 2 hal.
Pertama; Manusia kembali ke sumber. “Segala sesuatu akan kembali ke sumbernya, dan sumber itu kita sebut keheningan” (Lao Zi). Injil yang barusan kita dengar adalah lanjutan dari kisah perutusan para murid. Rupanya perutusan itu berhasil. Sebab pada ayat terakhir kisah perutusan dua belas murid dikatakan: “Mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka” (ay.13).
            Sepulang dari perutusan itu, “Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan.” Dapat kita bayangkan betapa bangganya mereka menceritakannya semua itu pada Yesus. Namun, ketika mereka sedang berkobar-kobar menceritakan semuanya, Yesus menjawab: “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!" Keberhasillan pelayanan, keberhasilan kerja dan usaha manusia rupanya harus bermuara pada keheningan, pada kesunyian. Yesus tidak mengatakan, “Lanjutkan karyamu!”  atau “Mari kita rayakan keberhasilanmu!” Tapi Ia mengatakan “Marilah pergi ketempat yang sunyi!”
Sunyi bukan hanya tempatnya, tapi Yesus mengatakan “supaya kita sendirian di sana”. Kesendirian itulah yang membawa kita bertemu Sang sumber. Sebab kita tahu, dalam keheningan dan kesendirian, Musa menerima hukum, Maria menerima kabar, Yesus berdoa, Elia merasakan kehadiran Allah, Petrus melihat kemuliaan Yesus dll. Keheningan itu indentik dengan perjumpaan dengan yang Ilahi.
Kedua; buah keheningan. Setelah Yesus mengajak para murid untuk memasuki kesendirian, banyak orang datang. “Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala.” (ay.34). Memasuki keheningan, kesunyian, kesedirian akan menggerakkan belaskasih pada orang lain.  Dalam dunia sekarang, kalau kita menyaksikan sekitar kita namun belum keluar rasa belas kasih kepada orang lain itulah pertanda kita belum larut dalam kehening dan kesendirian. 
Untuk jaman kita sekarang ini, untuk realitas pengalaman kita, kesulitan yang kita hadapi, apakah lari ke tempat sunyi menjadi pilihan yang baik? Ataukah  melihat realitas itu kita hendak menggarami dunia dan hendak mengubah dunia dan selalu terlibat didalamnya?
Nikolas dari Prancis berkata demikian (VII) ;”Dalam pelarianku terhadap kegelisahan dunia, dalam kesulitan dan kemudahan dunia, aku tidak tinggal di tengah keindahan kota dan taman, juga tidak lari kepada sahabat dan keluargaku, tetapi aku lari ke padang gurun dalam keheningan”. Mari kita ingat untuk selalu kembali ke sumber, yaitu keheningan.

MATA YANG TERTUTUP BALOK!

www.imankatolik.or.id
Warna apa yang kamu lihat ada pada gambar ini? Jawablah dengan jujur! Kalau kita menjawab dengan jujur, maka banyak orang langsung menjawab, "ada warna hitam dan merah". Ngeri bukan? Padahal ada warna putih yang lebih banyak tidak kita lihat. Kita tidak sedang buta warna bukan?Apa yang mengahalangi mata kita?

Tapi itulah gambaran  diri kita. Sering kali mata kita langsung menangkap dan melihat noda dalam diri orang lain, kesalahan pada diri orang lain, meski kesalahan itu lebih kecil daripada kebaikan. Padahal ada kesucian, ketulusan, kebaikan yang banyak diperbuat orang, namun sering kurang kita perhatikan. Sebab sepeti gambar ini, jarang orang menyebut"warna putih" padahal warna putih jauh lebih dominan.

Maka kita diingatkan:”Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.” Ada balok dimata kita sehingga kita tidak melihat gambar ini dengan jernih, tidak melihat bahwa ada warna putih disana.. Ubah cara pendang, perbaiki diri, maka kita akan melihat bahwa orang lain jauh lebih baik, lebih suci dari pada kita.