Para
saudara yang terkasih dalam Yesus, melalui bacaan injil hari ini saya mau
mengajak kita merefleksikan 2 hal.
Pertama;
Manusia kembali ke sumber. “Segala
sesuatu akan kembali ke sumbernya, dan sumber itu kita sebut keheningan” (Lao Zi).
Injil yang barusan kita dengar adalah lanjutan dari kisah perutusan para murid.
Rupanya perutusan itu berhasil. Sebab pada ayat terakhir kisah perutusan dua
belas murid dikatakan: “Mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat dan
mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan
menyembuhkan mereka” (ay.13).
Sepulang dari perutusan itu, “Kemudian
rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya
semua yang mereka kerjakan dan ajarkan.” Dapat kita bayangkan betapa bangganya
mereka menceritakannya semua itu pada Yesus. Namun, ketika mereka sedang
berkobar-kobar menceritakan semuanya, Yesus menjawab: “Marilah ke tempat yang
sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!" Keberhasillan
pelayanan, keberhasilan kerja dan usaha manusia rupanya harus bermuara pada
keheningan, pada kesunyian. Yesus tidak mengatakan, “Lanjutkan karyamu!” atau “Mari kita rayakan keberhasilanmu!” Tapi Ia
mengatakan “Marilah pergi ketempat yang sunyi!”
Sunyi
bukan hanya tempatnya, tapi Yesus mengatakan “supaya kita sendirian di sana”.
Kesendirian itulah yang membawa kita bertemu Sang sumber. Sebab kita tahu,
dalam keheningan dan kesendirian, Musa menerima hukum, Maria menerima kabar,
Yesus berdoa, Elia merasakan kehadiran Allah, Petrus melihat kemuliaan Yesus
dll. Keheningan itu indentik dengan perjumpaan dengan yang Ilahi.
Kedua;
buah keheningan. Setelah Yesus mengajak para murid untuk memasuki
kesendirian, banyak orang datang. “Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka
tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti
domba yang tidak mempunyai gembala.” (ay.34). Memasuki keheningan, kesunyian,
kesedirian akan menggerakkan belaskasih pada orang lain. Dalam dunia sekarang, kalau kita menyaksikan
sekitar kita namun belum keluar rasa belas kasih kepada orang lain itulah
pertanda kita belum larut dalam kehening dan kesendirian.
Untuk
jaman kita sekarang ini, untuk realitas pengalaman kita, kesulitan yang kita
hadapi, apakah lari ke tempat sunyi menjadi pilihan yang baik? Ataukah melihat realitas itu kita hendak menggarami
dunia dan hendak mengubah dunia dan selalu terlibat didalamnya?
Nikolas
dari Prancis berkata demikian (VII) ;”Dalam pelarianku terhadap kegelisahan
dunia, dalam kesulitan dan kemudahan dunia, aku tidak tinggal di tengah
keindahan kota dan taman, juga tidak lari kepada sahabat dan keluargaku, tetapi
aku lari ke padang gurun dalam keheningan”. Mari kita ingat untuk selalu
kembali ke sumber, yaitu keheningan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar